You are a child of the universe, no less than the trees and the stars. You have a right to be here. Flower.
Aku benci bunga. Jemu. Betapa mudahnya bunga dijadikan sebuah simbol cinta. Betapa naif.
Aku benci bunga. Kecantikan yang tiada tara namun hilang dalam sekejap ketika membawanya pulang.
Aku benci bunga. Dia tidak bisa bersinar dalam gelap. Tidak seperti bintang. Tetapi ketika ku tutup kedua mataku, menarik nafasku, aku tahu dia ada disana, dia mengalir dalam tubuhku.
Aku memang membencinya. Sangat benci.
Namun, suatu hari, seseorang datang dan mengatakan bahwa aku ibarat sebuah bunga bermekar indah. Setelah itu, aku mulai bertanya-tanya, apa itu bunga? Apa selama ini aku telah salah menilainya?
"Kamu itu ibarat bunga yang bermekar di tengah hutan yang terbakar, aku pengen jadi apa yang kamu butuhin, jadi air, matahari, angin, atau apapun yang penting aku bisa jaga kamu di tangan aku, jadi kalau ada orang yang ngambil dan ngerusak kamu, aku pasti sedih, selama ini aku jaga tapi hasilnya di rusak.."
"Bunga itu gapernah nangis git.. atau sedih.. selalu indah"
"Aku gamau ngerusak bunga yang udah aku rawat"
Bunga.. Semakin terkagum-kagum mengetahui isimu.
Ternyata setiap bunga itu berbeda, memiliki keunikannya sendiri, menjadi dirinya sendiri, berdiri dengan percaya diri dalam kondisi apapun, terus berkembang, semakin hari semakin indah, sampai ajal tiba. Padahal, dulu kukira semua bunga itu sama. Tidak ada yang istimewa. Mungkin aku salah.
Aku melihat, ternyata bunga sangat pandai menjaga dirinya, entah mempunyai duri, ataupun bau yang tidak sedap. Dia tidak akan dengan mudah mempersilahkan serangga mengambil harta karunnya, sampai serangga yang pantas datang untuk membawa sebagian dari dirinya pergi.
Tetapi, ternyata ada yang melihat bahwa duri pada bunga adalah sebuah kekurangan, karena tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bunga memang sangat indah dan sempurna, namun Tuhan memang maha Adil... Makhluk seindah bunga tidak boleh sombong jadi Tuhan memutuskan untuk memberi bunga beberapa kekurangan seperti itu, indah namun tidak harum, harum dan indah namun menyakitkan... Mana bunga yang cocok untukku?
Bunga ternyata dapat memberikan kenyamanan, tidak perduli seberapa cantik bunga itu, jika aku menutup mata, aku dapat menciumnya, bunga itu mengalir dalam tubuhku, sejuk, damai. Ternyata tak semua bunga menunjukkan kecantikan fisiknya saja.
Bunga memang tahan banting, dalam badai angin, dia tetap berdiri kokoh, walau terkikis dia masih mampu menunjukkan keindahannya. Walau tertatih dia dapat melewatinya. Tetapi, jika tanahnya, lingkungannya terus saja menyerangnya, sampai kapan bunga itu akan bertahan pada posisinya sebelum akhirnya dibiarkan mati? Tanpa perawatan, tanpa nutrisi, bunga tidak bisa bertahan...
The earth laughs in flowers.
Bisakah aku hidup tanpa tertawa? Tidak. Kaulah alasan mengapa aku tersenyum. Setiap pagi kulihat embun-embun menutupi kelopakmu, membuat kau berkilau. Satu hari lagi bersamamu. Merawatmu, tidak pernah membuatku sedih, terkadang lelah, namun kutahu, kau butuh itu. Kau butuh itu.
Setiap hari begitu....
Akankah aku bosan dengan bunga itu? Bunga itu tak akan berubah menjadi bunga lain yang lebih indah seperti bunga yang kulihat di depan mataku. Bunga yang kurawat itu memang terus berkembang, namun dengan kecantikan tersendiri, unik, mungkin. "A flower doesn't think of competing with the flower next to it, it just blooms." Aku tahu bunga itu akan terus berusaha menjadi yang terbaik, dalam versinya tersendiri, untuk orang yang mampu menerimanya. Tidak akan mudah menyerah. Tetapi, apakah aku akan tertarik untuk merawat bunga lain yang lebih indah? Apakah bunga yang aku rawat akan merasa sedih? Bunga tidak pernah menangis, kan? Tidak. Bunga ini lebih istimewa dari bunga cantik itu.
Tetapi bila disuruh memilih, aku akan memilih yang paling berbeda dari yang lain, karena aku tahu, walau jelek, setiap bunga punya keistimewaannya sendiri.
Tetapi orang bodoh mana yang mau memilih bunga yang kecil, lambat bermekar dibanding bunga yang lainnya. Aku? Kasihan.... Bunga yang malang tak mampu mengubah penampilannya, tidak terpilih untuk dirawat atau dibuang setelah ada bunga yang lebih indah. Yang cantik semakin cantik. Yang biasa saja dibiarkan dalam alam liar.... sebentar. Siapa tahu bunga yang di alam berkembang lebih indah? Apa orang akan menyia-nyiakannya? Apa orang akan menyesalinya?
Tapi sampai kapan bunga itu akan terus berkembang? Sampai kapan aku terus menatapnya kagum?
Aku memetiknya, merawatnya, dan memutuskan untuk mengawetkannya... Apakah bunga itu mati atau terjaga keindahannya sepanjang masa? Aku tidak tahu.. parasnya tetap sama. Haruskah aku mencari bunga lain lagi? Rasanya tidak sama dengan bunga yang telah aku rawat sekian lamanya. Apakah bunga itu akan bertahan dalam pelukanku seperti bunga yang terdahulu?
Memang bunga tak pernah istimewa di mata siapapun, bahkan aku.
Ironisnya, akulah bunga. Bunga yang mulai layu bagi kamu.. mungkin. Apakah aku akan diawetkan? Apa aku tak seindah dulu?