Hi
bloggers! Its been a very long time since I posted and this time its gonna be a
quite special post. biasa aja sih sebenarnya. Lets get to the point of this,
biasanya amanat semacamnya itu di akhir ya? Kali ini di awal saja ya, so pesan
gua adalah jangan pernah anti atau ga suka sama suatu hal, boleh aja sih ga
suka tapi jangan sampai kalian menganggap hal itu remeh, karena bisa jadi hal
itu akan terjadi atau menjadi milik lu.
Gua akan
sedikit bercerita as always lah ya.
As you guys
know, gua asalnya dari bogor, semasa hidup gua di Indo tuh tinggalnya di Bogor,
ga pernah netep di kota lain. Keluarga pun banyaknya di Bogor. Kalian kalau
jadi gua juga pasti merasa sama bosennya tinggal di bogor. Rasanya ingin merantau biar ga bosen lagi,
biar ada petualangan, biar bener bener mandiri. Sayangnya kesempatan untuk merantau yang terbaik hanya
ada di masa kuliah and now here I am at IPB.
Dulu gua punya cita-cita, yalah pasti:") tapi yang bikin gua nyesek adalah ketika cita cita gua tidak sesuai dengan fakultas yang gua tekuni
sekarang. Sebenernya dari SMP gua udah punya cita2 tetep jadi dokter gigi, dan semasa SMA gua berusaha mencapai cita cita itu dengan
JUJUR dan KERJA KERAS biar rapot gua ada harga jualnya. Tapi tau lah ya politik
sekolah, ada yang berusaha jujur dan ada yang engga dan akhirnya its not fair.
Ketika gua tau nilai gua ga mencukupi, gua sampai bingung mau cita cita in apa.
Minat gua benar benar kedokteran gigi.
Nah, karena minat gua dasarnya kedokteran gigi dan univ yang kedokteran giginya bagus tuh UI,
Unpad dan Unair, jadi gua goalsnya kesitu situ aja. Masalahnya, masuk kesana tuh susah dengan passing grade nya yang tinggi dan saingan yang bejibun. Gua sampai buta sama kemungkinan kemungkinan
lainnya, buta akan bakat gua dimana, buta akan kesenengan gua tuh dimana, yang
gua lihat hanya ambisi gua akan kedokteran gigi dan betapa serunya di benak gua kalau gua ngebedah gigi orang. Ga
memperhitungkan kelemahan gua seperti ceroboh, padahal menjadi dokter, kecerobahan itu sangat fatal. Sebenarnya ceroboh dalam hal apapun juga bisa berakibat fatal sih tetapi dalam kedokteran, jika ceroboh dikit ya artinya lu membahayakan
nyawa seseorang.
Gua sampai
bener bener nganggep univ lain tuh ga bagus. Bukan ga bagus sih, gua masih
nganggep ITB itu wah gitu tapi UGM, IPB kayak biasa aja. Apalagi IPB. Demi
apapun gua dulu ga ada minat sama sekali di IPB. Gua pengen ngerantau, ga
pengen di Bogor, ga mau di lingkungan IPB, nganggep IPB tuh apasih pertanian
kuno gitu dan banyak deh hal yang gua sepelein dari IPB. Padahal udah
terbukti dari data data kalau IPB termasuk univ 5 besar di Indo. Akhirnya
karena orangtua gua memaksa gua untuk ada pilihan IPBnya, gua dengan berat hati
memilih salah satu fakultas di IPB. Sampai tiba waktu pengumuman, gua akhirnya merelakan Psikologi pergi:( yang bisa dibilang
lebih gua minati daripada fakultas gua sekarang.
TAPI gua salah
gengs. IPB itu jauh lebih besar dari perkiraan gua. Jauh lebih modern dari
pikiran gua. Dan jauh lebih maju dari pikiran gua. Disamping itu, gua juga banyak
mengambil hikmah berkuliah di IPB, ikut equestrian tanpa biaya, gabung dengan
aiesec, mengenal teman-teman yang ga kenal diamL bahkan gua sampe bersyukur ada di asrama, karena suka ga suka, sadar ga sadar, asrama merubah akhlak dan kepribadian kita jadi lebih baik #insanasramayangsukabolossodung dan banyak lagi deeeehh wkwkwkwkk
“Pangan Rakyat Soal Hidup atau Mati Negara” –Bung Karno
Itulah yang dikatakan
bung Karno dalam pidatonya saat acara
peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian Universitas
Indonesia yang kemudian menjadi Institut Pertanian Bogor. Bisa dilihat pidato
lengkapnya di http://bogor.antaranews.com/berita/1425/pangan-rakyat-soal-hidup-atau-mati-petikan-pidato-bung-karno-tahun-1952
I’m not saying that IPB is the only univ yang bisa mengembangkan pertanian. Banyak kok fakultas pertanian yang akreditasnya A tapiii…. IPB is the heart of it all, the heart of Indonesians finest agricultural generation. (AAMIIN). Fakultas-fakultasnya itu dibuat untuk membangun pertanian. Bahkan, organisasi pertanian nasional semacamnya lah, IAAS, itu dibuat di IPB.
Tapi jujur, kuliah di IPB bener bener
buat gua down, gua gasuka. Tapi as I always say, “everything happens for a
reason,” dan gua percaya kehadiran gua di IPB merupakan takdir gua. (Walaupun
sempet berfikir untuk SBM lagi, tapi now I realize my place is here, maybe)
Dulu, gua menganggap remehnya
gini,
“apasih fakultasnya ga jelas
semua”
“Prospek kerjanya
gajelas, paling juga kerja di bank”
“Kutu buku semua ah”
“Bogor lagi bogor
lagi”
Gitu-gitu lah. Gua
salah. Setelah gua bener bener ngerti fakultas fakultas yang ada di IPB,
semuanya ada untuk menopang pertanian bangsa. Calon-calon “petani” Indonesia.
Pernah ga sih kalian lihat Jepang, makanannya beragam, sehat-sehat dan
enak-enak, karena “petani” disana berilmu, perduli dengan kehidupan bangsanya.
Kita? Kalau dipikir-pikir lagi, petani lah yang justru harus dibayar mahal.
Gua sampai berpifikir
buat pindah ke pertanian gara-gara melihat mirisnya pangan Indonesia dan
orang-orang yang memandangnya sebelah mata hahahahaha
Pikiran gua terbuka
disini.
Gua iris dengan
cita-cita anak bangsa. Dengan konspirasi-konspirasi yang ada bikin mindset anak
bangsa jadi mainstream, ga terbuka, ga maju. Kalau semuanya dokter, semuanya
komunikasi, semuanya teknik, siapa yang ngasih makan kalian?
Kalian pasti
bertanya-tanya, “apasi egit, jurusannya aja komunikasi kok ngomongnya kayak
gitu?”
Gua emang komunikasi,
tetapi ada tambahan, pengembangan masyarakat. Jurusan gua tujuannya untuk
memberi pendidikan, pengembangan, sosialisasi langsung ke masyarakat tentang
pentingnya pertanian.
Susah sih emang
Yang menjadi kendala
sekarang adalah duit. Lu ga akan bisa hidup tanpa duit, tanpa pekerjaan yang
menjamin, mindset kalian seperti itu kan? Jujur gua juga masih kok. Tapi jika
lu mampu untuk berinovasi dan berani di dalam bidang ini, in syaa’Allah lu akan sukses.
Karena pertanyaan terbesarnya adalah